rss

Kamis, 15 Oktober 2009

Kisah dahsyat seorang mujahid : Farrukh "Abu Abdirrahman"...

Rumah yang nyaman dengan segala kebutuhan hidup dan istri yang shalihah beserta akhlak dan kecantikan yang telah Allah karuniakan tak mampu meredam gejolak 訃in苓unya terhadap jihad fi sabilillah

Inilah saatnya kita berada di tahun 51 hijriyah. Tahun di mana kelompok-kelompok pasukan kaum muslimin memporak-po訃an苓akan sarang-sarang kekufuran di muka bumi, di Timur dan di Barat.

Saat di mana sahabat yang agung Ar-Rabi', amir di Khurasan, pembuka pintu Sajistan dan panglima yang handal, tengah memimpin pasukan perangnya di jalan Allah, didampingi oleh seorang budaknya yang pemberani bernama Farrukh.

Setelah Allah SWT mengaruniakan kemenangan atas Sajistan dan beberapa daerah lainnya, Ar-Rabi' bermaksud melengkapi keme要angannya yang gemilang dengan melintasi sungai Seyhun untuk me要gibarkan panji-panji tauhid di bukit-bukit yang disebut sebagai "Ne茆eri di Belakang Sungai" itu.

Ar-Rabi' mempersiapkan pasukan untuk menyongsong perang yang telah direncanakan itu, mengatur strategi dan mem苑erikan pengarahan tentang saat yang tepat untuk menyerang, juga posisi mu貞uh yang hendak diserangnya.

Tatkala perang benar-benar pecah, Ar-Rabi' beserta pasukannya yang militan menampilkan kebolehannya yang selalu dikenang se虻arah dengan seruan tasbih dan pekikan takbir. Budaknya, Farrukh juga mem計er衍ihatkan kegagahan dan ketangkasannya di medan pe計erangan hing限ga bertambahlah kekaguman dan penghargaan Ar-Rabi' terha苓ap要ya.

Usailah peperangan, kemenangan jatuh di pihakpasukan kaum muslimin. Mereka telah menggoyahkan kaki-kaki musuh, mence訃ai苑eraikan barisannya. Setelah itu mereka menyeberangi sungai yang se衍ama ini menjadi penghalang bagi penyebaran Islam di Turki dan negeri Cina yang jauh.

Selanjutnya, panglima besar memberikan hadiah kepada Farrukh atas andilnya yang besar dalam peperangan berupa kemerdekaan di訃inya. Farrukh juga mendapatkan bagian ghanimah yang banyak, ditambah lagi denganpemberian secara pribadi dari panglima Ar-Rabi'.

Tak berselang lama pasca hari-hari bahagia ini, ajal menjemput Ar-Rabi', tepatnya dua tahun sesudah cita-ci負anya yang agung terwujud, dia kembali ke sisi Allah SWT dengan penuh kerelaan.

Adapun Farrukh, si pemuda perkasa, dia kembali ke Madinah de要gan membawa berbagai pemberian dari tuannya. Dia pulang me要yan苓ang tombak sekaligus membawa kemerdekaannya yang ber虐arga, disamping kenangan indah tentang kejantanannya ketika ber茆umul dengan debu-debu jihad.

Farrukh sangat bersyukur atas karunia Allah yang memberinya ru衫ah dan istri yang shalihah. Sekarang dia benar-benar bisa me訃asakan kenikmatan hidup didampingi istri yang mampu mengatur se衫ua tatanan kehidupan, persis seperti yang diharapkan dan dicita-citakannya.

Namun rupanya rumah yang nyaman dengan segala kebutuhan hidup dan istri yang shalihah beserta akhlak dan kecantikan yang telah Allah karuniakan kepadanya tak mampu meredam gejolak ke訃in苓uan要ya terhadap jihad fi sabilillah. Pahlawan mukmin ini ingin kembali me限masuki medan tempur dengan membawa kerinduan akan suara den負uman senjata dan dahsyatnya jihad fi sabilillah. Setiap kali men苓engar berita tentang kemajuan yang dicapai pasukan muslimin, makin bertambah kerinduannya untuk berjihad, makin dalam hasratnya untuk dapat mati syahid.

Hari Jum'at, khatib masjid Nabawi memberikan kabar gembira ten限tang kemenangan kaum muslimin di berbagai medan perang. Kha負hib juga memberikan motivasi orang-orang untuk terus berjihad fi sabililah, menjelaskan kepada mereka akan keutamaan syahid demi me要inggikan agama-Nya. Pulanglah Farrukh ke rumahnya sedang di hatinya telah bulat tekadnya untuk berjuang di bawah panji-panji kaum muslimin yang bertebaran di muka bumi. Kemudian beliau ceritakan tekadnya kepada istrinya, sehingga istrinya bertanya: "Wa虐ai Abu Abdirrahman, kepada siapa engkau hendak menitipkan aku beserta janin dalam kandunganku ini, sedangkan engkau adalah orang asing yang tak punya sanak keluarga di kota ini?"

Farrukh berkata: "Aku titipkan engkau kepada Allah dan rasul-Nya. Kemudian aku tinggalkan untukmu uang 30.000 dinar, hasil yang kukumpulkan dari pembagian ghanimah peperangan. Pakailah se苞u虺upnya untuk keperluanmu dan keperluan bayi kita dengan sebaik-baik要ya sampai aku kembali dengan selamat dan membawa ghanimah, atau Allah SWT memberi aku rizki sebagai syuhada' seperti yang saya dambakan." Kemudian beliau pamit kepada istrinya, pergi memburu cita-citanya.

Beberapa bulan setelah keberangkatan Farrukh, istrinya yang bi虻ak貞ana itu melahirkan seorang bayi laki-laki yang cakap dan ber趴ajah tampan. Bayi laki-laki itu diberi nama Ar-Rabi'ah.
"Sesungguhnya ilmu tidak akan memberikan se苑agian dari dirinya kepadamu kecuali jika kamu memberikan se衍u訃uh jiwamu untuk mendapatkannya."

Tanda-tanda ketangkasan dan kecerdasan Ar-Rabi'ah telah nampak dari perkataan dan ting虺ah lakunya sejak kecil. Oleh ibunya, ia diserahkan kepada guru-guru agar mendapatkan pendidikan dengan layak.

Dalam waktu yang tidak begitu lama, kecerdasan Ar-Rabiah ber虺em苑ang begitu pesat. Pada mulanya mahir baca tulis, lalu hafal Qur'an dan mampu membacanya dengan lantunan yang indah seperti tatka衍a dibaca oleh para sahabat terdahulu. Sesudah itu beliau mendalami hadits-hadits Rasulullah SAW dari yang paling mudah, mempelajari bahasa Arab yang baik dan benar, juga mempelajari perkara-perkara agama yang wajib untuk diketahui.

Ibunda Ar-Rabi'ah memberikan imbalan yang cukup dan hadiah-hadiah yang berharga kepada para guru puteranya. Setiap kali nam計ak kemajuan pada diri Ar-Rabi'ah, dia tambahkan pemberiannya.

Dengan kesibukan tersebut sang ibu masih senantiasa menanti ke苓a負angan ayah puteranya yang pergi sudah begitu lama.Karena itulah dia berusaha keras mendidik puteranya agar kelak bisa menjadi pe要yejuk pandangan baginya dan juga bagi suaminya.... jika sewaktu-waktu suami要ya datang.

Ketika Ar-Rabi'ah menginjak usia remaja danhampir baligh, orang-orang menasihati ibunya: "Sekarang Ar-Rabi'ah sudah dewasa. Se苑aik要ya dia tidah usah lagi belajar membaca dan menulis." Ada pulayang usul: "Dia sudah mampu menghafal Al-Qur'an dan meri趴a軌atkan hadits, lebih baik engkau suruh dia bekerja agar ia bisa mencari nafkah untuk dirinya sendiri dan juga dirimu." Namun Ibunya ber虺ata: "Aku memohon kepada Allah agar memilihkan baginya apa yang terbaik bagi dunia dan akhiratnya. Sesungguhnya Ar-Rabi'ah memilih untuk terus menuntut ilmu, dia bertekad senantiasa belajar dan mengajar selama hidupnya."

Beliau terus belajar hingga larut malam,sampai lelah... Kawan-kawannya menasihati agar dia menjaga dan menyayangi dirinya sen苓iri, namun dia berkata: "Aku mendengar dari orang-orang tua dan guru-guruku berkata: "Sesungguhnya ilmu tidak akan memberikan se苑agian dari dirinya kepadamu kecuali jika kamu memberikan se衍u訃uh jiwamu untukmendapatkannya."

Tak heran bila sebentar kemudian namanya sudah menjadi seorang ulama yang tersohor, men虻adi tinggi pamornya, semakin banyak kawannya, dihargai oleh mu訃id-muridnya dan diunggulkan oleh kaumnya.
Kehidupan ulama Madinah ini begitu cemerlang,dibagilah hari-ha訃inya. Sebagian untuk keluarganya di rumah, sebagian lagi di masjid Nabawi menghadiri kajian ilmu dan halaqah-halaqah. Sampai suatu kali terjadi peristiwa yang sama sekali tak terduga dalam hidupnya...

bersambung....

Naskah ini diambil dari buku "Mereka Adalah Para Tabi'in" - Pustaka At-Tibyan | www.At-Tibyan.com


SMS : 0817.251.331
Tel : 0271-656060
www.An-Naba.com
* * * * * * * *
...buku-buku Islami warisan Nabi SAW yang diramu khusus agar lebih mudah dipahami...


0 komentar:


Posting Komentar

ist tes upload

Banner Link Islami

Bisnis dan rezeki

pengusaha Photobucket

Pustaka Sunnah

tibyan naba

Blog Archive